Menjadi Penulis Produktif dari Konsep Hingga Langkah Mewujudkannya


Langkah menjadi produktif

1. Peduli pada keadaan, bisa diri, keluarga, teman, hingga bangsa dan beragam isu yang beredar di media

contoh: http://hidayatullah.or.id/read/refleksi/2020/07/17/unggul-dalam-pergerakan/

tulisan di atas karena didasari sikap peduli terhadap kondisi umat yang seakan bingung merespon keadaan, sisi yang lain gemar dengan yang terkini namun lemah untuk yang terdepan.

2. Suka atau gemar menulis.

Kenapa anak kecil itu main game terus, tangannya tak mau jauh dari hape? Simple, dia suka, dia gemar.

Apakah kesukaan dan kegemaran kita mau seperti anak-anak itu?

Atau kita coba arahkan kegemaran dan kesukaan diri pada menulis.

contoh: https://abuilmia.wordpress.com/2020/07/14/beruntung-sejati-dengan-mengimbangi-tren-terkini/

tulisan itu jadi karena saya menemukan sebuah kenikmatan di dalam menuliskannya, dimana hal sederhana yang dibingkai dengan perspektif positif progressif ternyata memberikan banyak keuntungan

3. Menantang diri

Secara pribadi saya menantang diri menulis setiap hari, kemudian dipertemukan dengan amanah, maka jadilah itu. Setiap hari saya menulis untuk berita web bmh, bahkan belakangan tambah membaca dan mengedit naskah teman-teman putri STIS yang sholehah semuanya, ya ๐Ÿ™‚

Kalau mau diilustrasikan, jadilah sumber air yang mengeluarkan mata air, ia tak peduli akan kemana air itu mengalir, tugas dia adalah mengeluarkan mata air, sehingga bumi subur dan hewan serta manusia tidak kekeringan

Menjadi penulis produktif, berarti menjadi mata air kehidupan, entah itu dibutuhkan orang, diketahui atau dibiarkan, prinsipnya kita terus mengairi kehidupan ini. Bisa menjadi sumber air itu butuh keberanian diri untuk terus ditempa lebih baik dalam segala sisinya

4. Melihat keuntungan

Umumnya orang akan berpikir, bekerja menghasilkan. Menulis sebenarnya sangat menghasilkan;

a) otak akan terus terlatih bekerja, seperti otot yang dilatih rutin, kuat dan kekar
b) tidak kudet (kurang update)
c) mampu merespon lebih cerdas segala isu yang terjadi
d) terbiasa untuk tabayyun, gak mudah terganggu emosi apalagi tak terkendali
e) melatih diri memiliki kemampuan analisa yang baik

Jika keuntungan di atas diraih, apa benar kalian tidak mau menjadikan itu sebagai kebiasaan? Rugi loh ๐Ÿ˜€

Kelemahan banyak orang, analisanya buruk, sehingga cenderung terseret keadaan. Contoh, ada link berita, ia merasa itu bagus, ia langsung share, tanpa berpikir apakah link itu benar, valid, dan penting disebar?

5. Jadikan sebagai manivestasi syukur

Jika menulis sudah pada tahap menjadi manivestasi syukur, maka tidak menulis sama dengan tidak bersyukur, setidaknya atas dua nikmat, yakni umur dan kesehatan.

Kalau gak nulis, masih muda, maka dipakai apa usia penting ini?
Kalau gak nulis, padahal sehat, maka dipakai apa anugerah penting ini?

Ok, teman-teman, ini dulu bahasan kita kali ini, selamat mencoba dan temukan dalam diri kalian, mengapa masih enggan menjadi penulis produktif? Semakin mampu menganalisa diri kalian akan semakin mampu melihat masalah sekaligus mensolusikannya.

Imam Nawawi >>> Bogor, 29 Dzulqaidah 1441 H

Tinggalkan komentar