Mari Rawat Cita-Cita Kita


Tanpa Islam ruh ini akan jatuh, karena dunia hanyalah permainan.

Lezatnya makanan tidak menangkis sakit bagi badan. Banyaknya kekayaan tak menjaga diri dari kerugian. Bahkan semua kesenangannya hanyalah sementara saja.

Kebaikan yang dilakukan tak jadikan semua manusia mendukung. Begitu pun sebaliknya, kejahatan tak berarti semua orang memusuhi.
Inilah tempat dimana realitas harus dijawab dengan iman dan cita-cita mulia.

Bersebab iman, lahir sejarah orang-orang luar biasa, mulai dari Nabi Muhammad hingga ulama dan mujahid yang telah syahid di jalan-Nya.

Bersebab cita-cita banyak kisah luar biasa lahir di luar nalar umum manusia. Dan, itu fakta. Sampai-sampai dalam Falsafah Hidup Buya Hamka menguraikan perihal ini.

“Kalau tidak lantaran cita-cita hilanglah nafsu bekerja, berhenti gerak dunia, padam pelita orang-orang bijak bestari. Cita-cita itu hidup selamanya. Cita-cita tetap ada selama pikiran masih ada dan jiwa masih dalam tubuh.

Jangan abaikan cita-cita yang tumbuh, pupuklah dia. Baik pada burung yang mengangkut rumput selembar-lembar untuk sarang anaknya. Atau pada petani yang bertekun di sawah, di bawah cahaya matahari sehingga punggungnya telah hitam.

Cita-citalah tiang kemajuan, tonggak gerak bumi dan yang menimbulkan nafsu bergerak.”

Teman, jika lunglai tubuhmu karena beratnya amanah, maka ingatlah iman dan cita-citamu. Jika tak bergairah lagi dirimu menetapi jalan perjuangan, maka ingatlah iman dan cita-citamu.

Sebab, disadari atau tidak, pada dasarnya setiap jiwa tidak punya kekuatan, melainkan iman dan cita-cita mulianya. Itulah mengapa Allah suka dengan hamba-Nya yang senang berniat melakukan kebaikan, bahkan sebelum niat itu sempurna dilakukan, Allah Yang Maha Rahman telah memerintahkan malaikat-Nya mencatat kebaikan itu sempurna seakan benar-benar telah diwujudkan.

Jadi, mari rawat cita-cita kita bersama.

Bogor, 21 Rabiul Akhir 1442
Mas Imam Nawawi

1 comments on “Mari Rawat Cita-Cita Kita

  1. Cita-cita di deskripsikan secara objektif, Diman cita² menjadi dasar manusia utk mengarahkan langkahnya sejauh mana ia butuhkan, kenapa di butuhkan? Karena komponen dasar cita² adalah hak dan hak adalah sifat yg di bawah sejak lahir yg kemudian di interpretasikan sebagai Takdir.

    Suka

Tinggalkan komentar