Buang Keluh Kesah dalam Hidupmu, Sadari Nikmat Tuhan, dan Berbahagialah


Banyak orang langsung merasa galau, merasa Tuhan tak memperhatikan, merasa hidup seperti terus di dalam tekanan.

Padahal saat jantung bekerja dengan normal, memompa darah ke seluruh tubuh, saat paru-paru bekerja dengan normal, menghirup nafas dengan begitu bebas, semua itu adalah nikmat yang jauh lebih dibutuhkan dari apa yang menjadikan pikiran seseorang galau dikarenakan permasalahan keinginan.

Betapa banyak orang yang merasa rejekinya sempit hanya karena dia belum bisa memiliki sesuatu. Betapa banyak orang merasa uangnya sedikit hanya karena masih banyak list belanjaan yang belum bisa direalisasikan.

Sahabat sekalian, hidup seperti itu hanya akan membuat kita lupa akan nikmat Tuhan. Berjalannya waktu pun akan membuat kita semakin sempit karena merasa kehidupan hanyalah sebuah tekanan.

Tidakkah kau perhatikan bagaimana Tuhan telah memberikanmu tubuh yang sehat, menghadirkan untukmu hadiah-hadiah yang luar biasa, yang seringkali tak kau hiraukan. Dan, sadarlah di dalam setiap keluhanmu atas kehidupan ini, sesungguhnya engkau hidup di dalam keadaan tubuh yang sehat, segar dan bugar. Tidakkah engkau malu kepada Tuhan?

Sikap demikian, apalagi terus dipertahankan, maka maka selamanya kebahagiaan itu hanya akan menjadi perbincangan dan angan-angan, sebab engkau sendiri tidak akan pernah bisa mengetahui apa lagi merasakan apa itu kebahagiaan.

Engkau akan tahu satu kata yaitu kesenangan, dan engkau akan disiksa oleh perasaan untuk terus mendapatkan kesenangan demi kesenangan. Padahal kesenangan adalah nikmat yang Tuhan berikan kepada setiap ciptaannya. Sedangkan kebahagiaan hanya Tuhan tanamkan kepada mereka yang jiwanya mengenal kebaikan kebaikan yang telah Tuhan anugerahkan.

Jadi mari kita ubah cara pandang kita melihat kehidupan ini. Kita coba untuk bersyukur dengan kebaikan yang telah Allah berikan pada tubuh kita, dimana kesehatan telah mengantarkan kita bisa bekerja dengan baik, bisa bersilaturahim, bercengkrama dengan sanak saudara, bertemu dengan teman dan kolega. Itu adalah nikmat Tuhan dan itu harus kita syukuri.

Kemudian cobalah untuk melihat hal-hal kecil di dalam hidupmu, yang datang secara tiba-tiba tanpa pernah engkau minta tanpa pernah engkau juga tetapi sesuatu itu datang ke dalam rumahmu bahkan menjadi milikmu dan engkau dapat menikmatinya.

Sebagai sebuah contoh, semalam saya didatangi seorang teman. Dia memberikan banyak wawasan tentang kehidupannya berinteraksi dengan manusia secara umum. Kemudian dia mengambil karya-karyaku dalam bentuk buku, lantas membawanya dengan memberikan penghargaan.

Tidak lama setelah itu datang lagi seorang teman, bukan dengan tangan kosong dia datang. Dengan langkah penuh percaya diri, dia melangkah disertai senyuman, karena ditangan kanannya telah tersimpan sebuah bungkusan yang memang menjadi kesukaanku, apalagi kalau bukan kopi.

Sahabat sekalian yang berbahagia, kedatangan dua teman ke rumah semalam adalah anugerah luar biasa. Melalui keduanya, Tuhan anugerahkan kebahagiaan di dalam diriku Apakah kemudian mampu bersyukur atau justru itu semua kuanggap sebagai sesuatu yang biasa saja, sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin, Sekali lagi Tidak mungkin!

Semua itu adalah sebuah nikmat dari Allah yang harus kita sadari kemudian kita syukuri. Dan, dengan nikmat itulah, pagi ini (1 November 2018) kumulai dengan berbagi inspirasi kepada sesama.

Tidak saja melalui blog sederhana ini tetapi juga melalui beberapa tugas yang memang berdimensi berbagi inspirasi.

Jadi mari kembali, kita lihat hal-hal kecil di dalam kehidupan ini, terutama apapun yang datang dengan tanpa kita rencanakan dengan kesan yang tiba-tiba, lantas itu masuk ke dalam diri kita dan itu didatangkan dari orang lain oleh Tuhan, maka sungguh itu adalah nikmat Tuhan yang harus kita syukuri.

Berhentilah mengeluh yang mendorong diri kita tanpa sadar banyak berdusta akan nikmat Tuhan.

Seorang guru berkata kepadaku kemarin (30 Oktober 2018). “Saya tidak pernah menjawab ketika ada orang bertanya, sakit apa saya. Sebab jawabanku yang menjelaskan diriku sakit hanya akan membuat otak menyimpan data bahwa saya merasa sakit dan akan terus membenarkan diri bahwa saya benar-benar sakit. Saya selalu menjawab, Alhamdulillah.”

Bogor, 23 Shafar 1440 H

Imam Nawawi >>> twitter @abuilmia

Tinggalkan komentar